Suatu siang Indah pulang sekolah lebih awal, aku kaget.
“ Mba kenapa sudah pulang?”. Tanyaku
“ Indah ingat mama terus di
sekolah, siapa yang nemenin mama, siapa nanti yang nyuapin mama kalau mau
makan, apalgi kalau mau ke kamar mandi “ ujarnya sambil duduk disampingku yang
tergeletak lemah di tempat tidur.
Aku tak kuasa menahan haru,
air mata mengalir begitu saja. Kupegang tangannya, dia balik memegang tanganku
. Tidak ada yang bicara, namun hati kami bicara banyak. Sentuhan-sentuhan
tangan kami lebih banyak mengungkapkan perasaan kami. Indah terus saja mengelus
ngelus dan mengurut kaki dan tanganku yang sudah tiga hari tidak dapat
kugerakkan.
Aku benar –benar lumpuh. Jangankan untuk berjalan , untuk memegang
kancing baju saja aku perlu pertolongan orang lain. Hal inilah yang mengganggu pikiran
Indah pastinya di sekolah. Dia melihat , bagaimana pagi –pagi aku di bantu ayahnya memakai baju,
mengancingkannnya, menyisir rambutku. Alasan inilah dia meminta ijin kepada
gurunya untuk pulang.
Aku ingat betul kejadian di
mana aku lumpuh tersebut tepat di tahun 2000, kelakuan Indah mengingatkan aku
kepada Mimi almarhum.
Ketika beliau masih hidup,
tepatnya saat saat beliau memasuki usia ujur dan ingatannnya menurun, aku
selalu menghabiskan waktu libur sekolah bersama suami dan anak-anak untuk menemani beliau dan merawatnya.
Beliau tinggal bersama kedua
adik yang dulu masih gadis. Aku selalu mengoptimalkan masa liburan sekolah untuk merawatnya. Menyuapinya makan, menyisir
rambutnya bila sudah selesai aku mandikan. Saat itulah mungkin Indah melihatnya dan menyimpan kenangan itu
dalam memorinya. Karena saat itu usia Indah sekitar delapan tahun. Dan saat
mamanya sakit memori itu mungkin muncul. Dan dia lakukan pada mamanya.
Ketika beranjak gadis dan
sudah kuliah, Indahpun dengan telatennya mengurut dan menyuapiku bila aku
sakit. Dengan tangannnya yang lentik dia usap-usap kaki dan badanku sambil
mulutnya tak berhenti bercerita
.
“Ya Allah hamba Yakin Engkau akan menyayangi anakku, Engkau
akan berikan keberkahan Hidupnya kelak, karena Engkau sayang pada hambamu yang
menyayangi bundanya “ batinku berdoa manakala dia sedang merawatku