“Ma
Dede mau main, mau kencan mah “ Katanya
suatu Minggu. Belum sempat aku jawab dia sudah berujar lagi.
“
Ma Dede tu sudah gede, bukan anak kecil lagi”. Katanya sambil memperagkan olah
tubuhnya yang saat itu mengenakan celana
jeans lengkap dengan jaketnya. Sepertinya Dia ingin menunjukan kalau kini dia bukan anak kecil lagi. Tapi Riza yang sudah
memasuki usia remaja.
Aku
bukannnya menjawab pamit Riza, namun
yang ada, aku perhatikan dirinya dari
bawah sampai atas. Ya Allah aku seolah baru menyadari, ada banyak perubahan
pada dirinya. Kini dia mulai tinggi, muka dan tubuhnya bersih, suaranya agak
berbeda dan yang lebih kaget lagi dia mulai berani untuk pamit bertemu dengan
seseorang. Seseorang yang tentunya memiliki tempat khusus di hatinya.
Sebenarnya
aku sudah tahu, kalau dia sudah mulai menaruh rasa pada teman lawan jenisnya. Dari sejak SD pun aku sudah mulai
menggoda dia kalau ada sms dari teman perempuan. Aku memang berusaha untuk
selalu masuk kedunia anak-anakku dengan
berusaha untuk menganggap biasa kalau ada sms masuk kemereka. Aku
berusaha untuk tidak kaget dan bersikap wajar kalau memang hal itu harus mereka
lalui. Mungkin sikapku ini yang akhirnya semua anakkku tidak terkecuali Riza
tidak malu untuk mengatakan kalau mereka
sedang dekat atau jatuh cinta pada teman prempuannnya. Hal ini kulakukan agar
aku bisa menjalin komunikasi dengan mereka. Aku masuki dunia mereka, kemudian
dari ngobrol itulah aku berusaha untuk tahu sampai dimana pergaulan mereka, dan
kumasukan nilai nilai yang harus mereka taati.
Namun
ketika Riza pamit untuk main dengan pacarnya, yang aku juga sudah tahu nama dan
orangnya karena selalu kuikuti status –satus mereka di Fb aku tersentak dan
tidak percaya. Aku kira kedekatan mereka sebatas sms seperti yang biasa dia
lakukan. Aku tersadar Riza kini bukan dede yang kecil tetapi dede yang dalam
hatinya telah tumbuh jiwa seorang laki laki. Riza yang kini kelas sembilan sedanng melalui masa menuju pencarian jati
diri, pubertas istilah ilmu jiwanya
“
Mau kemana De?, “ Kataku masih dalam
ketidak percayaan
“
Ya mau jalan jalan ma, “
“Tapi
awas lho De, jangan berdua- duaan, soalnya yang ketiganya shetan.” . Kataku
berusaha untuk menanamkan nilai nilai agama.
“Ya
iyalah ma, Dede juga ngerti, “. Jawabnya penuh dengan keyakinan.
Ada
kelegaan mendengar jawabannnya. Sebenarnya ada dilema kurasakan ketika dia
pamit, antara mengizinkan dan melarang. Namun kalau kularang aku takut dia
merasa tidak dibei kepercayaan. Bagus dia pamit, dan tidak mencuri curi. Ya aku
harus memberi kepercayaan, dengan tetap kutanamkan nilai yang harus dia pegang.
Aku harus pertahankan keterbukaan dia padaku, dengan memberikan ijin padanya.
Sebenarnya
keterbukaan Riza tentang semua hal bukan hanya padaku dia lakukan. Terhadap
ayahnya juga
“
Ma tahu ga Riza ngomong ke ayah begini” kata ayahnya pada suatu kesempatan
“
Yah kan Dede kasih siverquin sama dia, rasanya deg degan deh ya, apa ini yang
dinamakan cinta ? “ kata suamiku mengulangi perkataan Riza padanya yang
kusambut dengan gelak tawa
.
“ayah
dengernya sampe pengen ketawa, ma “ ujarnya lagi.
Jangankan ayahnya yang
langsung mendengar perkataannnya, aku saja yang mendengar ceritanya tidak bisa
menahan tawaku.
Dari
kejadian itu, aku mulai merubah imegeku padanya. Aku harus perlakuka dia layaknya
anak sudah dewasa, aku harus hati-hati aku tidak boleh melihat Riza yang dulu
adalah anak kecil, tapi Riza kini Riza yang sudah mulai mengerti bahwa dia
seorang laki-laki.
“
De, dede sudah mimpi belum ?, kalau sudah mimpi kasih tahu mama lho biar mama
ingatkan cara mandinya., kalau sudah mimpi iitu artinya dede ga boleh
tinggalkan sholat. Kamu sudah wajib hukumnya. “ . Tanyaku pada suatu hari.
“ya
iya ma, nanti dede kasih tahu, tapi dede belum mimpi”. Katanya. Dia sudah tahu
arah pertanyaanku.
Mimpi disini adalah mimpi yang memnunjukan bahwa seorang
laki-laki sudah akil baligh. dia sudah
tahu. Karena aku sudah mulai cerita sewaktu dia kleas satu SMP melaui
pengalaman Indra kakaknya. sewaktu mimpi
basah cerita padaku dan aku mengingatkan kembali bagaimana cara mandinya. Ya
aku memang membiasakan untuk hal itu tidak tabu untuk dibicarakan. Apakah ini
pendididkan sex ? mungkin juga. Yang jelas niatku adalah aku tidak mau
ketinggalan perkembangan mereka, aku berusa untuk menanamkan nilai agama melalui
kominikasi dengan mereka, tidak kecuali dengan Riza.
Mak salam kenal iya atuhmak itu mah bukan DEdE lagi. keterbukannya itu merupakan kebaikan mak, karena kadang anak malu sama ortunya.
BalasHapusAduuh makasih ya komennnya, salam kenal lagi, saya coba coba apa bener ga caranya ikutan Dear
BalasHapusSon