Laman

Senin, 03 Juni 2013

Anak Bungsuku Yang Tidak Disebut Dede Lagi






“Ma Dede mau main, mau kencan mah “  Katanya suatu Minggu. Belum sempat aku jawab dia sudah berujar lagi.

“ Ma Dede tu sudah gede, bukan anak kecil lagi”. Katanya sambil memperagkan olah tubuhnya yang saat itu mengenakan  celana jeans lengkap dengan jaketnya. Sepertinya  Dia ingin menunjukan  kalau kini dia  bukan anak kecil lagi. Tapi Riza yang sudah memasuki usia remaja. 

Aku bukannnya menjawab pamit  Riza, namun yang ada,  aku perhatikan dirinya dari bawah sampai atas. Ya Allah aku seolah baru menyadari, ada banyak perubahan pada dirinya. Kini dia mulai tinggi, muka dan tubuhnya bersih, suaranya agak berbeda dan yang lebih kaget lagi dia mulai berani untuk pamit bertemu dengan seseorang. Seseorang yang tentunya memiliki tempat khusus di hatinya. 


Sebenarnya aku sudah tahu, kalau dia sudah mulai menaruh rasa pada teman lawan  jenisnya. Dari sejak SD pun aku sudah mulai menggoda dia kalau ada sms dari teman perempuan. Aku memang berusaha untuk selalu masuk kedunia anak-anakku dengan  berusaha untuk menganggap biasa kalau ada sms masuk kemereka. Aku berusaha untuk tidak kaget dan bersikap wajar kalau memang hal itu harus mereka lalui. Mungkin sikapku ini yang akhirnya semua anakkku tidak terkecuali Riza tidak malu untuk mengatakan  kalau mereka sedang dekat atau jatuh cinta pada teman prempuannnya. Hal ini kulakukan agar aku bisa menjalin komunikasi dengan mereka. Aku masuki dunia mereka, kemudian dari ngobrol itulah aku berusaha untuk tahu sampai dimana pergaulan mereka, dan kumasukan nilai nilai yang harus mereka taati. 

Namun ketika Riza pamit untuk main dengan pacarnya, yang aku juga sudah tahu nama dan orangnya karena selalu kuikuti status –satus mereka di Fb aku tersentak dan tidak percaya. Aku kira kedekatan mereka sebatas sms seperti yang biasa dia lakukan. Aku tersadar Riza kini bukan dede yang kecil tetapi dede yang dalam hatinya telah tumbuh jiwa seorang laki laki. Riza yang kini kelas sembilan  sedanng melalui masa menuju pencarian jati diri, pubertas istilah ilmu jiwanya 

“ Mau kemana De?, “ Kataku  masih dalam ketidak percayaan

“ Ya mau jalan jalan ma, “ 

“Tapi awas lho De, jangan berdua- duaan, soalnya yang ketiganya shetan.” . Kataku berusaha untuk menanamkan nilai nilai agama. 

“Ya iyalah ma, Dede juga ngerti, “. Jawabnya penuh dengan keyakinan.

Ada kelegaan mendengar jawabannnya. Sebenarnya ada dilema kurasakan ketika dia pamit, antara mengizinkan dan melarang. Namun kalau kularang aku takut dia merasa tidak dibei kepercayaan. Bagus dia pamit, dan tidak mencuri curi. Ya aku harus memberi kepercayaan, dengan tetap kutanamkan nilai yang harus dia pegang. Aku harus pertahankan keterbukaan dia padaku, dengan memberikan ijin padanya. 



Sebenarnya keterbukaan Riza tentang semua hal bukan hanya padaku dia lakukan. Terhadap ayahnya juga 

“ Ma tahu ga Riza ngomong ke ayah begini” kata ayahnya pada suatu kesempatan 

“ Yah kan Dede kasih siverquin sama dia, rasanya deg degan deh ya, apa ini yang dinamakan cinta ? “ kata suamiku mengulangi perkataan Riza padanya yang kusambut dengan gelak tawa
.
“ayah dengernya sampe pengen ketawa, ma “ ujarnya lagi. 

Jangankan ayahnya yang langsung mendengar perkataannnya, aku saja yang mendengar ceritanya tidak bisa menahan tawaku.

Dari kejadian itu, aku mulai merubah imegeku padanya. Aku harus perlakuka dia layaknya anak sudah dewasa, aku harus hati-hati aku tidak boleh melihat Riza yang dulu adalah anak kecil, tapi Riza kini Riza yang sudah mulai mengerti bahwa dia seorang laki-laki. 

“ De, dede sudah mimpi belum ?, kalau sudah mimpi kasih tahu mama lho biar mama ingatkan cara mandinya., kalau sudah mimpi iitu artinya dede ga boleh tinggalkan sholat. Kamu sudah wajib hukumnya.   “ . Tanyaku pada suatu hari. 

“ya iya ma, nanti dede kasih tahu, tapi dede belum mimpi”. Katanya. Dia sudah tahu arah pertanyaanku.

 Mimpi disini adalah mimpi yang memnunjukan bahwa seorang laki-laki sudah akil baligh.  dia sudah tahu. Karena aku sudah mulai cerita sewaktu dia kleas satu SMP melaui pengalaman  Indra kakaknya. sewaktu mimpi basah cerita padaku dan aku mengingatkan kembali bagaimana cara mandinya. Ya aku memang membiasakan untuk hal itu tidak tabu untuk dibicarakan. Apakah ini pendididkan sex ? mungkin juga. Yang jelas niatku adalah aku tidak mau ketinggalan perkembangan mereka, aku berusa untuk menanamkan nilai agama melalui kominikasi dengan mereka, tidak kecuali dengan Riza. 


2 komentar:

  1. Mak salam kenal iya atuhmak itu mah bukan DEdE lagi. keterbukannya itu merupakan kebaikan mak, karena kadang anak malu sama ortunya.

    BalasHapus
  2. Aduuh makasih ya komennnya, salam kenal lagi, saya coba coba apa bener ga caranya ikutan Dear
    Son

    BalasHapus