Laman

Senin, 03 Juni 2013

Namanya Terinspirasi Penyiar TV






Ada latar belakang kenapa aku memberinya nama Riza Satria Wirawan. Nama depan Riza di ilhami dari nama seorang penyiar laki laki SCTV Riza Primadi. Setiap hari wajahnya selalu muncul membawakan acara, dia  begitu cerdas, terlihat dari caranya mewawancarai bintang tamu. Aku dan suami sama–sama menyenanginya.  


Sedangkan nama Satria, kami  mempunyai harapan agar kelak menjadi manusia yang memiliki sifat yang ksatria. Sedangkan Wirawan mengikuti nama belakang kakak-kakaknya yang semua menggunakan nama Wirawan.Wirawan di belakang nama mereka, bukan diambil nama dari ayahnya seperti lazimnya orang memberi nama. Tetapi ayahnya mempunya maksud dengan menambahkan nama Wirawan dibelakang nama mereka, diharapkan nanti mereka  akan tumbuh menjadi anak –anak yang mandiri, bisa berdiri sendiri dan tidak cengeng sebagaimana seorang “Perwira”

Riza lahir tepat pada bulam Maret tanggal 28 tahun 1997. Berbeda dengan kakak-kakaknya Riza lahir tidak di rumah sakit, melainkan di rumah. Bidan sengaja aku datangkan. Bidan Istiqomah yang saat itu masih tinggal di perumahan Istana Cipanas. Selain itu aku panggil juga ma Paraji Ma Jumriah namya . Paraji istilah bahasa sunda untuk dukun beranak. Entah kenapa aku  begitu berani untuk melahirkan di rumah. Apakah karena aku  melihat rekan-rekanku ada yang melahirkan dirumah dan tidak ada kendala apa-apa? entahlah. yang jelas aku merasakan pengalaman yang berbeda. Aku  begitu tenang, dan tidak asing dengan lingkungan. Inilah mungkin yang mebuat kelahiran ketigaku  lancar dan aku tidak banyak mendapat jahitan. Hanya dua jahitan tidak seperti terdahulu sewaktu melahirkan anak-anak yang pertama dan kedua empat jahitan. 


Masa Kecil Riza
Rizalah yang  tidak merasakan bagaimana kasih sayang dari almauhum/ah  nenek dan kakeknya serta mbah Uti. Dia seluruhnya hasil asuhan aku dan suami.


Dia lahir disaat ekonomi kami sudah mulai membaik. Kami tidak lagi tinggal di rumah kontrakan. Namun sebuah rumah mungil berhasil telah kami miliki, walaupun dengan lingkungan yang tidak bisa dibilang baik. Dalam arti, tempat tinggal kami saling berdekatan satu dengan lainnnya, hanya dipisahkan jarak maksimal satu meter dengan. Kami membeli rumah dengan lingkungan yang demikian karena alasan murah dari pada kami mengontrak dengan tekad hanya sementara, kalau ada rezeki kami harus pindah.  

Masa balita Riza tidak bisa kuceritakan disini, ada kenangan pahit dengan pengasuhnya. Aku tak akan kuat dan tak akan mau mengingat itu, biarlah aku kubur dalam dalam. Hanya pengalaman tersebut menjadikan masukan yang  selalu aku pesankan kepada rekan-rekanku sesama guru di sekolah untuk hati-hati bila anak mereka menangis dengan stresnya bila akan diasuh oleh pengasuhnya pasti ada sesuatu jangan dilanjutkan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar