Ada latar belakang kenapa
aku memberinya nama Riza Satria Wirawan. Nama depan Riza di ilhami dari nama
seorang penyiar laki laki SCTV Riza Primadi. Setiap hari wajahnya selalu muncul
membawakan acara, dia begitu cerdas,
terlihat dari caranya mewawancarai bintang tamu. Aku dan suami sama–sama
menyenanginya.
Sedangkan nama Satria,
kami mempunyai harapan agar kelak
menjadi manusia yang memiliki sifat yang ksatria. Sedangkan Wirawan mengikuti
nama belakang kakak-kakaknya yang semua menggunakan nama Wirawan.Wirawan di
belakang nama mereka, bukan diambil nama dari ayahnya seperti lazimnya orang
memberi nama. Tetapi ayahnya mempunya maksud dengan menambahkan nama Wirawan
dibelakang nama mereka, diharapkan nanti mereka
akan tumbuh menjadi anak –anak yang mandiri, bisa berdiri sendiri dan
tidak cengeng sebagaimana seorang “Perwira”
Riza lahir tepat pada bulam
Maret tanggal 28 tahun 1997. Berbeda dengan kakak-kakaknya Riza lahir tidak di
rumah sakit, melainkan di rumah. Bidan sengaja aku datangkan. Bidan Istiqomah
yang saat itu masih tinggal di perumahan Istana Cipanas. Selain itu aku panggil
juga ma Paraji Ma Jumriah namya . Paraji istilah bahasa sunda untuk dukun
beranak. Entah kenapa aku begitu berani
untuk melahirkan di rumah. Apakah karena aku
melihat rekan-rekanku ada yang melahirkan dirumah dan tidak ada kendala
apa-apa? entahlah. yang jelas aku merasakan pengalaman yang berbeda. Aku begitu tenang, dan tidak asing dengan
lingkungan. Inilah mungkin yang mebuat kelahiran ketigaku lancar dan aku tidak banyak mendapat jahitan.
Hanya dua jahitan tidak seperti terdahulu sewaktu melahirkan anak-anak yang
pertama dan kedua empat jahitan.
Masa Kecil Riza
Rizalah yang tidak merasakan bagaimana kasih sayang dari
almauhum/ah nenek dan kakeknya serta
mbah Uti. Dia seluruhnya hasil asuhan aku dan suami.
Dia lahir disaat ekonomi
kami sudah mulai membaik. Kami tidak lagi tinggal di rumah kontrakan. Namun
sebuah rumah mungil berhasil telah kami miliki, walaupun dengan lingkungan yang
tidak bisa dibilang baik. Dalam arti, tempat tinggal kami saling berdekatan satu
dengan lainnnya, hanya dipisahkan jarak maksimal satu meter dengan. Kami membeli rumah dengan lingkungan yang demikian
karena alasan murah dari pada kami mengontrak dengan tekad hanya sementara,
kalau ada rezeki kami harus pindah.
Masa balita Riza tidak bisa
kuceritakan disini, ada kenangan pahit dengan pengasuhnya. Aku tak akan kuat
dan tak akan mau mengingat itu, biarlah aku kubur dalam dalam. Hanya pengalaman
tersebut menjadikan masukan yang selalu
aku pesankan kepada rekan-rekanku sesama guru di sekolah untuk hati-hati bila
anak mereka menangis dengan stresnya bila akan diasuh oleh pengasuhnya pasti
ada sesuatu jangan dilanjutkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar